BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asas-asas filsafat pendidikan telah dimulai
sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang asas- asas pendidikan,
pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani Kuno
sampai kini. Meskipun paparan ini terbatas hanya beberapa pada aliran penting,
namun diharapkan tidak akan mengurangi maksud dan tujuannya sebagai pembekalan
wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja
dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga
negara/ masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi, kegiatan dan teknik
penilaian yang sesuai. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan
yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.
Namun dalam sejarah pendidikan yang
mana di dasari filsafat dapat dijumpai berbagai asas/pandangan mengenai
bagaimana perkembangan manusia itu berlangsung. Adapun asas-asas filsafat yang
berkaitan dengan pendidikan atau yang termaktub dalam filsafat pendidikan ialah
asas Empirisme, Nativisme dan Konvergensi.
Dengan sedikit ilmu yang di miliki oleh
penulis, maka penulis ingin mengajak segenap civitas akademik untuk berdiskusi
serta membahas permasalahan yang terkait dengan asas- asas filsafat pendidikan yang
terangkum dalam sebuah makalah sederhana yang penulis memberikan judul dengan
“Asas- asas Filsafat Pendidikan”
Sebelum penulis mengakhiri latar
belakang yang penulis sampaikan kiraanya kita mengingat kembali suatu goresan
tinta pepatah yang berbunyi “ tiada gading yang tak retak” suatu goresan nan penuh makna ini bukan
berarti tiada subtansi atau makna yang terkandung didalamnya. Bahwasanya
penulis menyadari,semua yang ada di dunia ini tiada yang sempurna kecuali Allah
SWT. Penulis mungucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para civitas
akademik yang berkenan membaca dan mengoreksi makalah sederhana ini, apabila
banyak kekurangan dan kesalahan yang berarti, penulis meminta maaf yang
sebesar-besarnya dan mohon nasihat agar makalah yang selanjutnya lebih baik dan
lebih bermanfaat. Amien.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi pokok permasalahan diatas adalah
sebagai berikut:
a. Apa yang
dimaksud dengan asas ?
b. Apa pengertian filsafat pendidikan ?
c. Apa saja asas-asas filsafat pendidikan
?
C.
TUJUAN DAN MANFAAT PANULISAN
1. Tujuan
Tujuan kami menulis makalah yang berjudul Asas- asas
filsafat pendidikan ini ialah
a. Mengetahui
arti/ makna asas-asas filsafat pendidikan.
b. Mengetahui macam-macam asas-asas filsafat pendidikan.
c. Mengetahui
pengertian masing-masing asas-asas filsafat pendidikan.
2. Manfaat
Melihat
tujuan-tujuan dari penulisan makalah sederhana ini kita bisa mengambil beberapa
manfaat yang subtansional diantaranya :
a. Mengetahui
kajian historis tentang asas-asas filasafat pendidikan.
b. Menambah
wawasan terutama civitas akademik dan calon pendidik tentang asas-asas
filasafat pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat
Filsafat
dalam bahasa inggris, yaitu 3: philosophy,
adapun istilah filsafat berasal dari kata Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata; philos (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan sophos
(hikmah, kebijaksanaan atau kebenaran, pengetahuan, keterampilan, pengalaman
praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran (love is wisdom). Orangnya disebut filosof
dalam bahasa arab disebut failsuf.
Harun
Nasution mengatakan bahwa filsafat sebenarnya berasal dari bahasa arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala,
fa’lalah dan fi’lah. Oleh sebab
itu kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Di dalam kamus Indonesia banyak terpakai kata
filsafat, padahal bukan berasal dari bahasa arab falsafah dan bukan dari bahasa
inggris philosophy.
Lebih
jauh Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa arab
karena orang arab lebih dahulu dating sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia
dari pada orang Inggris. Oleh karena itu, kata “filsafat” sebenarnya bisa
diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata arab yang diindonesiakan
mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid menjadi mesjid dan
karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf a menjadi huruf i dalam
kata falsafah bisa ditolerir. Lagi pula dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya.
Pengertian
filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik
tekanannya. Bahkan Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak
perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekanannya. Bahkan Hatta dan
Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena
setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu,
biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan
sendiri.
Berdasarkan
watak dan fungsinya pengertian dari filsafat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Filsafat adalah
sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis (arti informal).
2.
Filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
dijujunjung tinggi (arti formal).
3.
Filsafat adalah
usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, artinya filsafat berusaha
mengkombinasikan hasil bermacam – macam sience dan pengalaman kemanusiaan
sehingga menjadi pandangan konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4.
Filsafat adalah
analisis logis dari bahasa serta penjelasan arti tentang kata dan konsep. Corak
filsafat yang demikian nin dinamakan juga logocentrisme.
5.
Filsafat adalah
sekumpulan problema yang langsung, perlu mendaoat perhatian dari manusia dan
dicarian jawabannya.
B.
Ciri – ciri berpikir filsafat
Beerfikir
kefilsafatan memilki karakteristik tersendiri yang berbeda dari bidang ilmu
lain. Beberapa cirri berpikir kefilsafatan yang perlu diketahui antara lain:
1.
Radikal,
artinya berfikir sampai ke akar – akarnya, sehingga sampai pada hakikat atau
substansi yang dipikirkan.
2.
Universal,
artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan
berpikir filsafat menurut jaspers terletak pada aspek keumumannya.
3.
Konseptual,
artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, misalnya
apakah kebebasan itu ?
4.
Koheren,
dan konsisten (runtut). Koheren artinya dengan kaidah – kaidah berpikir logis.
Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5.
Sistematik, artinya
pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung adanya maksud dan tujuan tertentu.
6.
Komprehensif, artinya
mencakup atau menyeluruh. Berpiki secara kefilsafatanmerupakan usaha untuk
menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.
Bebas, artinya
sampai batas- batas yang luas, pemikiran filsafat boleh dikata merupakan hasil
pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka – prasangka sosial, historis
cultural, bahkan religious.
8.
Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berpikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak
tehadap hati nuraninya.
Kedelapan ciri
berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan cirri
berpikir ilmu – ilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai
bidang keilmuan yang netral terutama cirri ketujuh.
C.
Beberapa gaya berpikir
Pertama, berfilsafat
yang terkait erat dengan sastra. Artinya sebuah karya filsafat dipandang
memiliki nilai – nilai sastra yang tinggi. Contoh; Sartre tidak hanya dikenal
sebagai penulis karya filsafat tetapi juga seorang penulis novel, drama,
scenario film.
Kedua, filsafat
yang dikaitkan dengan sosial politik. Disini filsafat sering diidentikkan
dengan praksis politik. Arrtinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki
dimensi – dimensi ideologis yang relevan dengan konsep Negara.
Ketiga, filsafat
yang terkait erat dengan metodologi artinya para filsuf menruh perhatian besar
terhadap persoalan – persoalan metode ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh
Descrates, Thomas Kuhn, Karl Popper. Descrates mengatakan bahwa untuk
memperoleh kebenaran yang pasti, kita harus memulai dengan meragukan segala
sesuatu. Sikap yang demikian dinamakan skeptic
metodis.
Filsafat
yang diidentikkan dengan metodologi keilmuan, paling tidak ditandai dengan tiga
ciri sebagai berikut:
a.
Kajian filsafat
diarahkan pada pencarian dan perumusan ide – ide atau gagasan yang brsifat
mendasar fundamental (fundamental ideas)
dalam berbagai persoalan.
b.
Pendalaman
persoalan – persoalan serta isu – isu fundamental dapatmembentuk cara berpikir
yang kritis (critical thought).
Pendekatan filsafat dan keilmuan selalu mengutamakan sikap mental yang netral
serta intelektual, mengambil jarak, tidak cepat – cepat memihak pada
kepentingan – kepentingan tertentu.
c.
Kajian filsafat
secara otomatis akan membentuk mentalitas dan cara berpikir dan kepribadian
yang mengutamakan kebebasan intelektual (intelektual
freedom), sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan yang
berbeda serta terbatas dari dogmatis dan
fanatisme.
Keempat, berfilsafat
yang dikaitkan dengan analisis bahasa, kelompok ini dinamakan mazhab analitika
bahasa dengan tokoh – tokohnya antara lain; G.E. Moore dan Bertran Russel.
Kelima, berfilsafat
yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat dimasa lampau.
Disini aktifitas filsafat mengacu pada penugasan sejarah filsafat.
Keenam, masih
ada gaya berfilsafat lain yang cukup mendominasi pemikiran banyak orang,
terutama abad ke – 20 ini yakni berfilsafat yang berkaitan dengan filsafat
tingkah laku atau etika.
D.
Bidang utama filsafat
Dari
uraian tersebut di atas muncul berbagai istilah teknisi filsafat yang
mengandung makna khas, seperti: substansi, eksistensi, impressi, katagori.
Istilah – istilah teknis filsafat muncul dalam bidang – bidang utama filsafat
yakni; metafisika, epistemology, dan aksiologi.
1.
Metafisika
Metafisika
adalah filsafat utama dalam bidang filsafat yang paling utama. Metafisika
adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi (exsistance). Archie J. Bahm mengatakan
bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masalah prihal keberadaan.
Cristian
wolff mengklasifikasikan metafisika sebagai berikut:
1.
Metafisika umum
(ontology), yakni bidang filsafat yang membicarakan tentang hal “ada” seperti
“being”.
2.
Metafisika
khusus, terdiri dari; a) anthoropology, membicarakan tentang hakekat manusia,
b) cosmology, membicarakan tentang asal – usul alam semesta, dan c) theology,
membicarakan tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa peran
metafisika dalam ilmu pengetahuan yaitu:
Pertama, metafisika
mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisika selalu mengembangkan pemikirannya
untuk menjawab persoalan – persoalan yang bersifat enigmatic (teka – teki).
Persoalan – persoalan semacam itu menuntut alur pikir yang serius dan sungguh –
sungguh.
Kedua, metafisika
menuntut orisinalitasyang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya,
seorang metafisikus senantiasa berupaya menemukan hal – hal baru yang belum
pernah diungkap sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreatifitas dan rasa
ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan. Pematangan sikap semacam ini
akan mendidik seorang untuk selalu berkiprah pada lingkup penemuan (contest of discovery), bukan lingkup
pembenaran semata (contest of
justification).
Ketiga, metafisika
memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
terutama pada wilayah presupposition (pranggapan – pranggapan). Sehingga
persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
Keempat, metefisika
juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas,
karena tidak ada kebenaran yang benar – benar absolute. Hal ini akan terjadinya
visi ilmu pengetahuan berkembang menurut remifikasi
(percabangan yang sangat kaya dan beraneka ragam), sebagaimana yang
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.
2.
Epitemologi
Bidang
kedua filsafat adalah epistemology atau teori pengetahuan. Epistemology berasal
dari yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” artinya pengetahuan (knowledge), “Logos” artinya teori.
Dengan demikian epistemology secara etimologi berarti teori pengetahuan.
Istilah – istilah lain yang setara dengan epistemology adalah:
a)
Kriteriologi, yaitu
cabang filsafat yang membicarakan ukuran besar atau tidaknya ilmu pengetahuan.
b)
Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.
c)
Gnosiology, yaitu
perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah (gnosis).
d)
Logika material, yaitu
pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan
pada segi bentuknya (soemargono, 1987:5). Obyek formalnya adalahhakikat
pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk
menguji berbagai tuntunan lain yang menjadikan kita dapat meiliki pengetahuan,
tetapi setiap perangkat aturan harus benar – benar mapan. Sebab definisi
tentang “kepercayaan”, “kebenaran” merupakan problem yang tetap dan terus
menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama
dalam penyelidikan filsafat (Sontag, 1984:11).
Semua
pengetahuan hanya dikenal dan ada didalam pikiran manusia, tanpa pikiran
pengetahuan tak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan
dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrat.
Menurut
Bahm (1995:127) terdapat delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur
pikiran manusia, yaitu:
a)
Mengamati
(Observers), pikiran berperan dalam mengamati obyek – obyek.
b)
Menyelidiki
(Inquires), ketertarikan pada obyek dikondisikan oleh jenis – jenis obyek yang
tampil.
c)
Percaya
(Believes), manakala suatu obyek muncul dalam suatu kesadaran.
d)
Hasrat (Desires),
kodrat hasrat ini mencakup kondisi – kondisi biologis, psikologis, dan
interaksi dialetik antara tubuh dan jiwa.
e)
Maksud (Intends),
kendatipun seseorang memiliki maksud ketika akan mengobservasi, menyelidiki,
mempercayai dan berhasrat.
f)
Mengatur
(Organics) setiap pikiran adalah sesuatu organism yang teratur dalam diri
seseorang.
g)
Menyesuaikan
(Adapts) menyesuaikan pikiran – pikiran sekaligus melalui pembatasan –
pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang
tercakup dalam otak dan tumbbuh dalam fisik, biologis, lingkungan social
cultural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan,hasrat, dan kepuasan.
h)
Menikmati (Enjoys)
pikiran – pikiran mendatangkan kasyikan.
Perbincangan
penting dalam epistemology juga terkait dengan jenis – jenis pengetahuan.
Paling tidak ada dua m acam pengetahuan, yaitu
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Pengetahuan ilmiah
mmemiliki beberapa ciri pengenal sebaagai berikut :
a)
Berlaku umum
b)
Mempunyai
kedudukan mandiri
c)
Mempunyai dasar
pembenaran
d)
Sistmatik
e)
Intersubyektif
Pengetahuan
merupakan sesuatu aktifitas yang ddilakukan untuk memeperoleh kebenaran.
Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun, dapat dibedakan
sebagai berikut:
a)
Pengetahuan
biasa
b)
Pengetahuan
ilmiah
c)
Pengetahuan
filsafati
d)
Pengetahuan
agama
Pengetahuan
dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan atas:
a)
Pengetahuan
indrawi
b)
Pengetahuan akal
– budi
c)
Pengetahuan
intuitif
d)
Pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoratif
3.
Aksiologi
Bidang
utama ketiga adalah aksiologi, yang membahas tentang nilai. Istilah aksiologi
berasal dari kaata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu
yang berharga. Logos artinya akal, teori. Aksiologi artinya teori nilai,
penyaledikan mengenai kodrat, kriteris dan status metafisik dari nilai dalam
pemikiran filsafat yunani, studi mengenai nilai ini mendepan dalam pemikiran
plato mengenai “idea” tentang kebaikan atau yang lebih dikenal dengan summum bonum.
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu axios yang artinya nilai dan logos artinya
teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai
bentuk.
Dalam
kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut
Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
- Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
- Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
- Socio-politcal life yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Menurut pandangan Kattsoff aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki tentang hakekat nilai yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan.
aksiologi
adalah cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan
berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah
laku manusia
A. Kegunaan aksiologi
terhadap ilmu pengetahuan
Menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh
Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan. Ilmu itu sendiri
merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya dan ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan
tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. .
Nilai
kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat
ilmu itu digunakan dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga
hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori
digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut
mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya
mempelajari teori-teori filsafatnya. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat
dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
2. Filsafat sebagai metodologi dalam
memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada
batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka
batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu
dapat diselesaikan.
Penetapan nilai merupakan suatu yang dianggap objektif.
Alexander mengatakan nilai, norma, ideal, dan sebagainya merupakan unsure atau
berada dalam objek atau berada pada realitas objek . Penetapan suatu nilai
memiliki arti benar atau salah, meskipun penilaian itu tidak dapat
diverifikasi, yaitu yang tidak dapat dijelaskan melalui suatu istilah tertentu.
Pendukung dari objektivisme aksiologi mencangkup Plato,
Aristoteles , St. Thomas Aquinas, Maritain, Rotce, Alexander , dan lain-
lainnya.
Beberapa bentuk Ekspresi Objektivisme Aksiologi:
1. Bosanquet ( idealisme )
Nilai
adalah kualitas tertentu dari suatu objek, kejujujuran apa adanya,
tetapi manifestasinya diilhamkan kedalam sikap pikiran
manusia.
2. Scheler (fenomenologi)
Nilai adalah esensi yaitu entitas yang ada dengan sendirinya
yang diintuisikan secara emosional.
3. C.I. Lewis (Pragmatisme konseptual)
Penetapan nilai tunduk pada standar yang sama pada
pengetahuan dan validitas seperti halnya penilaian empiris kognitif lainnya.
4.
G.
E. moore ( Intuisime)
5. Nilai adalah suatu yang
tidak dapat diterangkan , yakni tidak dapat dianalisis, tidak dapat
direduksi dari terma itu sendiri,meskipun nilai adalah suatu tindakan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
watak dan fungsinya pengertian dari filsafat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti
informal).
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijujunjung tinggi (arti formal).
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan, artinya filsafat berusaha mengkombinasikan hasil bermacam – macam
sience dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan konsisten tentang
alam (arti spekulatif).
4. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta
penjelasan arti tentang kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian nin
dinamakan juga logocentrisme.
5.
Filsafat adalah
sekumpulan problema yang langsung, perlu mendaoat perhatian dari manusia dan
dicarian jawabannya
Pengetahuan
merupakan sesuatu aktifitas yang ddilakukan untuk memeperoleh kebenaran.
Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun, dapat dibedakan
sebagai berikut:
e)
Pengetahuan
biasa
f)
Pengetahuan
ilmiah
g)
Pengetahuan
filsafati
h)
Pengetahuan
agama
Pengetahuan
dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan atas:
e)
Pengetahuan
indrawi
f)
Pengetahuan akal
– budi
g)
Pengetahuan
intuitif
h)
Pengetahuan
kepercayaan atau pengetahuan otoratif
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat
Umum. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Bahm, Archie. 1995. Epistemology; theory of knowledge. Happer and Row Publishers,
Aguquerque.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Rajawali Press.
Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar