Jumat, 27 November 2015

Azas - azas Filsafat Ilmu Pengetahuan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Asas-asas filsafat pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang asas- asas pendidikan, pemikiran – pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani Kuno sampai kini. Meskipun paparan ini terbatas hanya beberapa pada aliran penting, namun diharapkan tidak akan mengurangi maksud dan tujuannya sebagai pembekalan wawasan historis terhadap setiap calon tenaga pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/ masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi, kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.
Namun dalam sejarah pendidikan yang mana di dasari filsafat dapat dijumpai berbagai asas/pandangan mengenai bagaimana perkembangan manusia itu berlangsung. Adapun asas-asas filsafat yang berkaitan dengan pendidikan atau yang termaktub dalam filsafat pendidikan ialah asas Empirisme, Nativisme dan Konvergensi.
Dengan sedikit ilmu yang di miliki oleh penulis, maka penulis ingin mengajak segenap civitas akademik untuk berdiskusi serta membahas permasalahan yang terkait dengan asas- asas filsafat pendidikan yang terangkum dalam sebuah makalah sederhana yang penulis memberikan judul dengan “Asas- asas Filsafat Pendidikan”
Sebelum penulis mengakhiri latar belakang yang penulis sampaikan kiraanya kita mengingat kembali suatu goresan tinta pepatah yang berbunyi “ tiada gading yang tak retak  suatu goresan nan penuh makna ini bukan berarti tiada subtansi atau makna yang terkandung didalamnya. Bahwasanya penulis menyadari,semua yang ada di dunia ini tiada yang sempurna kecuali Allah SWT. Penulis mungucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para civitas akademik yang berkenan membaca dan mengoreksi makalah sederhana ini, apabila banyak kekurangan dan kesalahan yang berarti, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan mohon nasihat agar makalah yang selanjutnya lebih baik dan lebih bermanfaat. Amien.
B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi pokok permasalahan diatas adalah sebagai berikut:
a.     Apa yang dimaksud dengan asas ?
b.    Apa pengertian filsafat pendidikan ?
c.    Apa saja asas-asas filsafat pendidikan ?
C.    TUJUAN DAN MANFAAT PANULISAN
1.    Tujuan
Tujuan kami menulis makalah yang berjudul Asas- asas filsafat pendidikan ini ialah
a.         Mengetahui arti/ makna asas-asas filsafat pendidikan.
b.        Mengetahui  macam-macam asas-asas filsafat pendidikan.
c.         Mengetahui pengertian masing-masing asas-asas filsafat pendidikan.
2.    Manfaat
Melihat tujuan-tujuan dari penulisan makalah sederhana ini kita bisa mengambil beberapa manfaat yang subtansional diantaranya :
a.       Mengetahui kajian historis tentang asas-asas filasafat pendidikan.
b.      Menambah wawasan terutama civitas akademik dan calon pendidik tentang asas-asas filasafat pendidikan.














BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa inggris, yaitu 3: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari kata Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata; philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan atau kebenaran, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love is wisdom). Orangnya disebut filosof dalam bahasa arab disebut failsuf.
Harun Nasution mengatakan bahwa filsafat sebenarnya berasal dari bahasa arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lah. Oleh sebab itu kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Di  dalam kamus Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan berasal dari bahasa arab falsafah dan bukan dari bahasa inggris philosophy.
Lebih jauh Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa arab karena orang arab lebih dahulu dating sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dari pada orang Inggris. Oleh karena itu, kata “filsafat” sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab, sebagian kata arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid menjadi mesjid dan karamah menjadi keramat. Karena itu, perubahan huruf a menjadi huruf i dalam kata falsafah bisa ditolerir. Lagi pula dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekanannya. Bahkan Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri.
Berdasarkan watak dan fungsinya pengertian dari filsafat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2.      Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijujunjung tinggi (arti  formal).
3.      Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, artinya filsafat berusaha mengkombinasikan hasil bermacam – macam sience dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4.      Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan arti tentang kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian nin dinamakan juga logocentrisme.
5.      Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, perlu mendaoat perhatian dari manusia dan dicarian jawabannya.
B.     Ciri – ciri berpikir filsafat
Beerfikir kefilsafatan memilki karakteristik tersendiri yang berbeda dari bidang ilmu lain. Beberapa cirri berpikir kefilsafatan yang perlu diketahui antara lain:
1.      Radikal, artinya berfikir sampai ke akar – akarnya, sehingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
2.      Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berpikir filsafat menurut jaspers terletak pada aspek keumumannya.
3.      Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, misalnya apakah kebebasan itu ?
4.      Koheren, dan konsisten (runtut). Koheren artinya dengan kaidah – kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
5.      Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud dan tujuan tertentu.
6.      Komprehensif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpiki secara kefilsafatanmerupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
7.      Bebas, artinya sampai batas- batas yang luas, pemikiran filsafat boleh dikata merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka – prasangka sosial, historis cultural, bahkan religious.
8.      Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak tehadap hati nuraninya.
Kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan cirri berpikir ilmu – ilmu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral terutama cirri ketujuh.
C.    Beberapa gaya berpikir
Pertama, berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki nilai – nilai sastra yang tinggi. Contoh; Sartre tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat tetapi juga seorang penulis novel, drama, scenario film.
Kedua, filsafat yang dikaitkan dengan sosial politik. Disini filsafat sering diidentikkan dengan praksis politik. Arrtinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki dimensi – dimensi ideologis yang relevan dengan konsep Negara.
Ketiga, filsafat yang terkait erat dengan metodologi artinya para filsuf menruh perhatian besar terhadap persoalan – persoalan metode ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh Descrates, Thomas Kuhn, Karl Popper. Descrates mengatakan bahwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti, kita harus memulai dengan meragukan segala sesuatu. Sikap yang demikian dinamakan skeptic metodis.
Filsafat yang diidentikkan dengan metodologi keilmuan, paling tidak ditandai dengan tiga ciri sebagai berikut:
a.       Kajian filsafat diarahkan pada pencarian dan perumusan ide – ide atau gagasan yang brsifat mendasar fundamental (fundamental ideas) dalam berbagai persoalan.
b.      Pendalaman persoalan – persoalan serta isu – isu fundamental dapatmembentuk cara berpikir yang kritis (critical thought). Pendekatan filsafat dan keilmuan selalu mengutamakan sikap mental yang netral serta intelektual, mengambil jarak, tidak cepat – cepat memihak pada kepentingan – kepentingan tertentu.
c.       Kajian filsafat secara otomatis akan membentuk mentalitas dan cara berpikir dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan intelektual (intelektual freedom), sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan yang berbeda serta terbatas dari dogmatis dan fanatisme.
Keempat, berfilsafat yang dikaitkan dengan analisis bahasa, kelompok ini dinamakan mazhab analitika bahasa dengan tokoh – tokohnya antara lain; G.E. Moore dan Bertran Russel.
Kelima, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat dimasa lampau. Disini aktifitas filsafat mengacu pada penugasan sejarah filsafat.
Keenam, masih ada gaya berfilsafat lain yang cukup mendominasi pemikiran banyak orang, terutama abad ke – 20 ini yakni berfilsafat yang berkaitan dengan filsafat tingkah laku atau etika.
D.    Bidang utama filsafat
Dari uraian tersebut di atas muncul berbagai istilah teknisi filsafat yang mengandung makna khas, seperti: substansi, eksistensi, impressi, katagori. Istilah – istilah teknis filsafat muncul dalam bidang – bidang utama filsafat yakni; metafisika, epistemology, dan aksiologi.
1.      Metafisika
Metafisika adalah filsafat utama dalam bidang filsafat yang paling utama. Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau eksistensi (exsistance). Archie J. Bahm mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu penyelidikan pada masalah prihal keberadaan.
Cristian wolff mengklasifikasikan metafisika sebagai berikut:
1.      Metafisika umum (ontology), yakni bidang filsafat yang membicarakan tentang hal “ada” seperti “being”.
2.      Metafisika khusus, terdiri dari; a) anthoropology, membicarakan tentang hakekat manusia, b) cosmology, membicarakan tentang asal – usul alam semesta, dan c) theology, membicarakan tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa peran metafisika dalam ilmu pengetahuan yaitu:
Pertama, metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisika selalu mengembangkan pemikirannya untuk menjawab persoalan – persoalan yang bersifat enigmatic (teka – teki). Persoalan – persoalan semacam itu menuntut alur pikir yang serius dan sungguh – sungguh.
Kedua, metafisika menuntut orisinalitasyang sangat diperlukan bagi ilmu pengetahuan. Artinya, seorang metafisikus senantiasa berupaya menemukan hal – hal baru yang belum pernah diungkap sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreatifitas dan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan. Pematangan sikap semacam ini akan mendidik seorang untuk selalu berkiprah pada lingkup penemuan (contest of discovery), bukan lingkup pembenaran semata (contest of justification).
Ketiga, metafisika memberikan bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah presupposition (pranggapan – pranggapan). Sehingga persoalan yang diajukan memiliki landasan berpijak yang kuat.
Keempat, metefisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas, karena tidak ada kebenaran yang benar – benar absolute. Hal ini akan terjadinya visi ilmu pengetahuan berkembang menurut remifikasi (percabangan yang sangat kaya dan beraneka ragam), sebagaimana yang terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.
2.      Epitemologi
Bidang kedua filsafat adalah epistemology atau teori pengetahuan. Epistemology berasal dari yunani “episteme” dan “logos”. “Episteme” artinya pengetahuan (knowledge), “Logos” artinya teori. Dengan demikian epistemology secara etimologi berarti teori pengetahuan. Istilah – istilah lain yang setara dengan epistemology adalah:
a)      Kriteriologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan ukuran besar atau tidaknya ilmu pengetahuan.
b)      Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis.
c)      Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiah (gnosis).
d)     Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya (soemargono, 1987:5). Obyek formalnya adalahhakikat pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai tuntunan lain yang menjadikan kita dapat meiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan harus benar – benar mapan. Sebab definisi tentang “kepercayaan”, “kebenaran” merupakan problem yang tetap dan terus menerus ada, sehingga teori pengetahuan tetap merupakan suatu bidang utama dalam penyelidikan filsafat (Sontag, 1984:11).
Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada didalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tak akan eksis. Oleh karena itu keterkaitan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrat.
Menurut Bahm (1995:127) terdapat delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia, yaitu:
a)      Mengamati (Observers), pikiran berperan dalam mengamati obyek – obyek.
b)      Menyelidiki (Inquires), ketertarikan pada obyek dikondisikan oleh jenis – jenis obyek yang tampil.
c)      Percaya (Believes), manakala suatu obyek muncul dalam suatu kesadaran.
d)     Hasrat (Desires), kodrat hasrat ini mencakup kondisi – kondisi biologis, psikologis, dan interaksi dialetik antara tubuh dan jiwa.
e)      Maksud (Intends), kendatipun seseorang memiliki maksud ketika akan mengobservasi, menyelidiki, mempercayai dan berhasrat.
f)       Mengatur (Organics) setiap pikiran adalah sesuatu organism yang teratur dalam diri seseorang.
g)      Menyesuaikan (Adapts) menyesuaikan pikiran – pikiran sekaligus melalui pembatasan – pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tumbbuh dalam fisik, biologis, lingkungan social cultural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan,hasrat, dan kepuasan.
h)      Menikmati (Enjoys) pikiran – pikiran mendatangkan kasyikan.
Perbincangan penting dalam epistemology juga terkait dengan jenis – jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua m acam pengetahuan, yaitu  pengetahuan ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Pengetahuan ilmiah mmemiliki beberapa ciri pengenal sebaagai berikut :
a)      Berlaku umum
b)      Mempunyai kedudukan mandiri
c)      Mempunyai dasar pembenaran
d)     Sistmatik
e)       Intersubyektif
Pengetahuan merupakan sesuatu aktifitas yang ddilakukan untuk memeperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun, dapat dibedakan sebagai berikut:
a)      Pengetahuan biasa
b)      Pengetahuan ilmiah
c)      Pengetahuan filsafati
d)     Pengetahuan agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan atas:
a)      Pengetahuan indrawi
b)      Pengetahuan akal – budi
c)      Pengetahuan intuitif
d)     Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoratif
3.      Aksiologi
Bidang utama ketiga adalah aksiologi, yang membahas tentang nilai. Istilah aksiologi berasal dari kaata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga. Logos artinya akal, teori. Aksiologi artinya teori nilai, penyaledikan mengenai kodrat, kriteris dan status metafisik dari nilai dalam pemikiran filsafat yunani, studi mengenai nilai ini mendepan dalam pemikiran plato mengenai “idea” tentang kebaikan atau yang lebih dikenal dengan summum bonum.
Aksiologi merupakan bagian dari  filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani  yaitu  axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.
Dalam kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
  1. Moral Conduct  yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
  2. Estetic expression yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
  3. Socio-politcal life  yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Menurut pandangan Kattsoff  aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang  hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
aksiologi adalah  cabang filsafat yang menyelidiki tentang nilai-nilai, menjelaskan berdasarkan kriteria atau prinsip tertentu yang dianggap baik di dalam tingkah laku manusia
A.    Kegunaan aksiologi terhadap ilmu pengetahuan
Menurut  Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa pengetahuan adalah kekuasaan. Ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya dan ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. .
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan  dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1.      Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
2.      Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan.
Penetapan nilai merupakan suatu yang dianggap objektif. Alexander mengatakan nilai, norma, ideal, dan sebagainya merupakan unsure atau berada dalam objek atau berada pada realitas objek . Penetapan suatu nilai memiliki arti benar atau salah, meskipun penilaian itu tidak dapat diverifikasi, yaitu yang tidak dapat dijelaskan melalui suatu istilah tertentu.
Pendukung dari objektivisme aksiologi mencangkup Plato, Aristoteles , St. Thomas Aquinas, Maritain, Rotce, Alexander , dan lain- lainnya.
Beberapa bentuk Ekspresi Objektivisme Aksiologi:
1.      Bosanquet ( idealisme )
Nilai adalah kualitas tertentu dari suatu objek, kejujujuran apa adanya,    tetapi manifestasinya diilhamkan kedalam sikap pikiran manusia.
2.      Scheler (fenomenologi)
Nilai adalah esensi yaitu entitas yang ada dengan sendirinya yang diintuisikan secara emosional.
3.      C.I. Lewis (Pragmatisme konseptual)
Penetapan nilai tunduk pada standar yang  sama pada pengetahuan dan validitas seperti halnya penilaian empiris kognitif lainnya.
4.      G. E. moore ( Intuisime)
5.      Nilai adalah suatu  yang  tidak dapat diterangkan , yakni tidak dapat dianalisis, tidak dapat direduksi dari terma itu sendiri,meskipun nilai adalah suatu tindakan.






BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan watak dan fungsinya pengertian dari filsafat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2.      Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijujunjung tinggi (arti  formal).
3.      Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan, artinya filsafat berusaha mengkombinasikan hasil bermacam – macam sience dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4.      Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan arti tentang kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian nin dinamakan juga logocentrisme.
5.      Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, perlu mendaoat perhatian dari manusia dan dicarian jawabannya
Pengetahuan merupakan sesuatu aktifitas yang ddilakukan untuk memeperoleh kebenaran. Pengetahuan dipandang dari jenis pengetahuan yang dibangun, dapat dibedakan sebagai berikut:
e)      Pengetahuan biasa
f)       Pengetahuan ilmiah
g)      Pengetahuan filsafati
h)      Pengetahuan agama
Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan atas:
e)      Pengetahuan indrawi
f)       Pengetahuan akal – budi
g)      Pengetahuan intuitif
h)      Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoratif
















DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Bahm, Archie. 1995. Epistemology; theory of  knowledge. Happer and Row Publishers, Aguquerque.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Rajawali Press. Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar