Jumat, 27 November 2015

ILMU DAN BAHASA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul problem yang serius dan dapat diselesaikan dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa.
Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus. Secara terminologi, menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada sekarang dari bahasa itu serta usaha-usaha lebih lanjut. Pandangan-pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang dipikirkan dan yang diucapkan. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni suara dia akan mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku nada kata-kata.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir (Sarwono, 2006: 13). Upaya- upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktifitas-aktifitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.
Makalah ini membahas konsep-konsep dan paradigma tentang ilmu dan bahasa sebagai landasan untuk memahami peran penting bahasa dalam pengembangan ilmu, karakteristik bahasa yang mendukung pengembangan ilmu, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan bahasa sebagai pendukung pengembangan ilmu. Pembahasan diawali dengan memaparkan hakikat ilmu dan bahasa sebagai titik tolak dan dilanjutkan dengan pembahasan tentang peran bahasa dalam pengembangan ilmu, yang menyoroti hubungan bahasa dan pikiran dan bahasa sebagai media komunikasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menyusun makalah dengan bahasan “ Ilmu dan Bahasa”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah hakikat dari Ilmu?
2.      Apakah hakikat dari Bahasa?
3.      Bagaimanakah Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains?
4.      Bagaimanakah pengambilan ketetapan Quo Vadis?
5.      Bagaimanakah Politik Bahasa Nasional?
C.    Tujuan Makalah
Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan hakikat dari Ilmu
2.      Menjelaskan hakikat dari Bahasa
3.      Menjelaskan Terminologi Ilmu, Ilmu pengetahuan dan Sains
4.      Menerangkan pengambilan ketetapan Quo Vadis
5.      Menjelaskan Politik Bahasa Nasional
D.    Kegunaan Makalah
1.      Secara Teoritis
a.       Memberikan informasi mengenai Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa.
b.      Menambah pengetahuan dan memberi kemudahan dalam mempelajari Filsafat Ilmu khususnya dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa.
2.      Secara Praktis
a.       Bertambahnya wawasan mahasiswa terhadap Filsafat Ilmu dengan Kajian tentang Ilmu dan Bahasa
b.      Dapat mengikuti perkembangan Ilmu dan Bahasa
c.       Memahami makna Filsafat Ilmu dengan Kajian Ilmu dan Bahasa


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Ilmu
(science) dan pengetahuan (knowledge) adalah dua bidang yang berbeda. Pengetahuan (knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran, perasaan, dan pengalaman yang diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain dan alam sekitarnya, yang kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan artistik, teori, dalil, rumus atau hukum. Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: “ knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
B.     Hakikat Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagi contoh kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau butir leksikal sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbiter.
Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni pertama, bahasa sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai fungsi kohesif atau integratif.
Hubungan bahasa dan ilmu diantaranya: (1) ilmu dapat berkembang jika temuan dalam ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi (2) temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmu lainnya (3) dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).
Peran Bahasa Dalam Ilmu
Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional bahasa sebagai media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan itu, pembahasan tentang permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian: (1) hubungan bahasa dan pikiran dan (2) bahasa sebagai media komunikasi.
(1) Hubungan Bahasa dan Pikiran
Berpikir merupakan aktivitas mental yang tersembunyi, yang bisa disadari hanya oleh orang yang melakukan aktivitas itu. Miller mengatakan bahwa tindakan berpikir sering digambarkan sebagai kegiatan berbicara pada diri sendiri (intrapersonal communication), mengamati dan memanipulasi gambar-gambar mental. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia bisa membahas obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang tidak berada atau sedang berlangsung disekitarnya. Kemampuan berpikir juga kadang-kadang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tanpa mencoba berbagai alternatif solusi secara langsung (nyata).
Peran penting bahasa dalam inovasi ilmu terungkap jelas dari fungsi bahasa sebagai media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara menghimpun dan memanipulasi ilmu dan pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, dan membayangkan. Selama melakukan aktivitas berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol (representasi mental) yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui penginderaan. Setiap kali seseorang sedang memikirkan seekor harimau, misalnya, dia tidak perlu menghadirkan seekor harimau dihadapannya. Makalah-makalah yang relevan, yang berfungsi sebagai representasi mental tentang harimau, sudah dapat membantunya untuk memikirkan hewan itu. Cassirer (dalam Suriasumantri, 1990: 71) mengatakan manusia adalah Animal symbolicum, mahluk yang menggunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan lebih luas dari homo sapiens, mahluk yang berpikir. Tanpa kemampuan menggunakan simbol ini, kemampuan berpikir secara sistmatis dan teratur tidak dapat dilakukan.
Bahasa memang tidak selalu identik dengan berpikir. Jika seseorang ditanya apa yangsedang dipikirkannya, dia akan menggambarkan pikirannya melalui bahasa.meskipunpikirannya tidak berbentuk simbol-simbol linguistik ketika dia ditanya, dia pastimengungkapkanpikiran itu dalam bentuk simbol-simbol linguistik agar proses komunikasidengan penanya berjalan dengan baik. Namun, meskipun bahasa tidak identik denganberpikir,berpikir tidak dapat dilakukan tanpa bahasa. Bahkan, karakteristik bahasa yangdimiliki seseorang akan menentukan objek apa saja yang dapat dipikirkannya. Berbagai filsuf menyatakan bahwa suku-suku primitif tidak dapat memikirkan hal-hal yang’canggih’ bukan karena mereka tidak dapat berpikir, tetapi karena bahasa mereka tidakdapat memfasilitasi mereka untuk melakukannya. Kenyataan initerungkap jelas dalam diri mahasiswa yang sedang belajar di luar negeri. Dia akan berhasilmenyelesaikan studinya hanya jika dia menguasai bahasa yang digunakan dalam prosespembelajaran. Mengingat betapa pentingnya peran bahasa dalam proses ini, tidaklahberlebihan bila Tomasello menegaskanbahwa bahasa adalah fungsi kognisitertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan.
Selaras dengan itu, pandangan berbagai antropolog budaya juga menunjukkan bahwabahasa juga berperan dalam membentuk, mempengaruhi, dan membatasi pikiran.Penelitian tentang kemampuan mengingat warna membuktikan bahwa peserta yang bahasaibunya memiliki kata untuk warna yang diujikan terbukti lebih mampu mengingat warna-warna tersebut. (Wikipedia,2008). Sehubungan dengan itu, Miller menegaskan: “language exerts a molding and constraining influence on thought.” Variasipengungkapan pengalaman melalui bahasa yang berbeda sangat erat hubungannya denganvariasi pandangan hidup atau kebudayaan dalam masyarakat manusia. Karena bahasadipelajari seseorang sejak usia dini, dan bahasa tersebut merupakan sarana utama baginyauntuk mempelajari segala sesuatu, termasuk budaya dan pandangan hidup, bahasa itu akanmempengaruhi persepsinya tentang realitas. Sebagai contoh, ungkapan “Time flies”, “Elreloj anda” (waktu berjalan, bahasa Spanyol) dan “Waktu berjalan” bisa dihubungkandengan perbedaan antara persepsi orang Amerika, orang Spanyol dan orang Indonesiatentang waktu. Orang Amerika selalu bergegas dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sedangkan orang Spanyol dan orang Indonesia cenderung memandang hidup lebih santai(Rahmat, 2005 :274).
Hal ini ditegaskan oleh hasil penelitian Ford dan Peat (1988) yang mempertanyakan:“Do we speak (have language) because we think, or do we think because we speak?”Penelitian itu mengungkapkan bahwa pengaruh realitas bahasa seseorang terhadappikirannya lebih dominan daripada pengaruh pikirannya terhadap bahasanya. Bahasa tidakhanya berperan sebagai ‘kendaraan’ yang digunakan untuk menyalurkan informasi tetapijuga sarana untuk membentuk pikiran. Sebagai ilustrasi, struktur bahasa Inggris yang liniermembuat penutur asli bahasa Inggris selalu berpikir (bahkan bertindak) “to the point”. Halini dapat dibandingkan dengan struktur bahasa di Timur yang cenderung melingkar atau’zigjag’. Secara umum, pemikiran dan tindakan orang Timur tidak se-“to the point” orangAmerika. Penelitian yang dilakukan di Australia pada sekelompok anak berusia 4-5 tahundaridua komunitas asli—Warlpiri dan Anindilyakawa—yang tidak memiliki ungkapanverbal untuk angka menunjukkan bahwa anak-anak tersebut dapat mengerjakan (berpikir)beberapa operasi matematika dasar tanpa menggunakan bahasa. Akan tetapi, merekamengakui juga bahwa untuk memikirkan konsep-konsep yang lebih rumit, para pesertamembutuhkan bahasa. Rumus-rumus ilmiah, seperti E=MC2, misalnya tidak akanbermakna bagi seseorang bila dia tidak mengetahui pengertian dari Energy (E),Mass (M)dan speed of light (C).
(2) Bahasa Sebagai Media Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu jantung pengembangan ilmu. Setiap ilmu dapatberkembang jika temuan-temuan dalam ilmu itu desebarluaskan (dipublikasikan) melaluitindakan berkomunikasi. Temuan-temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang,dikembangkan, disintetiskan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmuwan lainnya. Hasil-hasil diskusi, sintetis, penelitian ulang, penerapan, dan pengembangan itu kemudiandipublikasikan lagi untuk ditindaklanjuti oleh ilmuwan lainnya. Selama dalam prosespenelitian, perumusan, dan publikasi temuan-temuan tersebut, bahasa memainkan peransentral, karena segala aktivitas tersebut menggunakan bahasa sebagai media.
Dalam penelitian dan komunikasi ilmiah, setiap ilmuwan perlu mengembangkan danmemahami bahasa (terutama jargon-jargon akademis dan terminologi khusus) yangdigunakan dalam bidang yang ditekuni. Tanpa bahasa yang mereka pahami bersama,kesalahpahaman akan sulit dihindari dan mereka tidak dapat bersinergi untukmengembangkan ilmu.
C.    Terminologi Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan Sains
a.       Dua jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiraan, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tanggapan tersebut dalam dirinya dalam bentuk “ketahuan” umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat.
            Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikaan obyek, cara dan kegunaannya kita masukkan ke dalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok knowledge terdapat tiga kriteria yakni:
1.      obyek ontologis, adalah obyek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan (knowledge). Umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda/ jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      landasan epistemologis, berhubungan dengan cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge). Landasan epistemologis berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.
3.      landasan aksiologis, adalah nilai kegunaaan dari pengetahuan (knowledge). Landasan aksiologis juga dapat dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan (knowledge). Nilai kegunaan filsafat berbeda dengan nilai kegunaan fisika nuklir.
Jadi seluruh bentuk dapat digolongkan ke dalam kategori pengetahuan (knowledge) dimana masing-masinng bentuk dapat dicirikan oleh karakterisktik:
1.      obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat pancaindera atau alat yang membantu kemampuan pancaindera.
2.      landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau disebut logico-hyphotetico-verifikasi.
3.      landasan aksiologis: kemaslahatan manusia. Artinya segenap ujud pengetahuan (knowledge) secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Bentuk pengetahuan (knowledge) dalam bahasa inggris adalah science. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge) yang bersifat spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.
Sains merupakan adopsi yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, dimana sains adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa inggris yakni science. Pembentukan kata sifat dengan kata dasar sains ini adalah agk janggal dalam struktur bahasa Indonesia. Kemudian, terminologi science dalam bahasa asalnya penggunaannya sering dikaitkan dengan natural science seperti teknik. Maka teminologi science sering dikaitan dengan teknologi. Sederhananya bahwa ilmu-ilmu sosial bukanlah sains atau dengan kata lain sains hanya digunakan untuk ilmu-ilmu alam saja. Padahal bila merujuk pada pengertian dari science adalah ilmu, yang berarti mencakup ilmu-ilmu sosial dan juga ilmu-ilmu alam. Jadi adopsi sains dari kata science adalah kurang tepat.
D.    Quo Vadis
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, secara de facto dalam kalangan dunia keilmuwan terminologi ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge.
E.     Politik Bahasa Nasional
Bahasa mempunyai dua fungsi utama yakni pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pengembangan suatu bahasa harus memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.
Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Alasan utama bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional pada waktu itu ditekankan pada fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana untuk mengintegrasikan berbagai suku ke dalam satu bangsa yakni Indonesia. Bahasa Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa bahasa Indonesia merupakan lingua franca dari sebagian besar penduduk, namun bila dikaji lebih mendalam, maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif merupakan kriteria yang menentukan. Penekanan pada fungsi kohesif dari bahasa selaku alat perjuangan untuk mempersatukan dan memerdekakan bangsa, pilihan dijatuhkan pada bahasa melayu.
Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni pertama, bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua berkonotasi sikap (afektif) dan ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran. Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah pertumbuhan ketiga fungsi komunikatif tersebut agar mampu mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang mempergunakan bahasa tersebut. Pengembangan bahasa Indonesia sebagai milik nasional dalam artian yang sedalam-dalamnya, maka harus dicegah dominasi bahasa Indonesia oleh salah satu bahasa daerah dan harus diarahkan agar bahasa Indonesia menghimpun khasanah kata-kata yang terbaik dari seluruh bahasa daerah kita.






BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan pembahasan maka dapat disimpulkan ilmu dan bahasa memiliki keterkaitan satu sama lain. ilmu dapat berkembang, melalui publikasi ilmiah dengan menggunakan komunikasi bahasa yang baik. Keterkaitan ini didukung dengan hakikat dari ilmu dan bahasa itu sendiri, terminologi ilmu, ilmu pengetahuan (knowledge) dan sains, ketetapan quo vadis dan politik bahasa nasional.
Hakikat ilmu Suriasumantri (1990: 293) mengatakan: “ knowledge merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi...“. Ilmu (science) merupakan bagian dari pengetahuan (knowledge), membahas bidang pengetahuan tertentu yang tersusun secara sistematis, diperoleh dengan observasi (tahapan metode ilmiah) yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Hakikat bahasa, bahasa memiliki fungsi komunikatif dan fungsi integratif. Terminologi terdiri dari obyek ontologis (obyek yang ditelaah yang menghasilkan pengetahuan), landasan epistemologis (cara mendapatkan pengetahuan) dan landasan aksiologis (nilai kegunaan suatu pengetahuan). Quo vadis menetapkan Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Politik bahasa nasional menetapkan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia berdasarkan fungsi bahasa secara integratif.
B. Saran
Merujuk pada keterkaitan antara ilmu dan bahasa, sebaiknya penggunaan bahasa lebih dikembangkan lagi dengan bahasa yang baik dan benar sehingga diharapkan dengan adanya bahasa yang baik dan benar, transfer ilmu dapat berjalan dengan baik tanpa adanya salah paham. Kemudian, mengupayakan pengembangan bahasa sebagai sarana berpikir dan berbicara, baik dalam kalangan masyarakat keilmuan maupun non kelimuan.















DAFTAR PUSTAKA
penalaran”. 26/04/2012, 20:10
Pengembangan-Ilmu-Bahasa”. 27/04/2012, 20:18
age-0-must-revalidate-Content-Length-27-X
Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

2 komentar:

  1. Bet365 Casino & Promos 2021 - JTM Hub
    Full list of febcasino Bet365 https://deccasino.com/review/merit-casino/ Casino & Promos · Up to £100 in Bet Credits for new customers at 출장안마 bet365. Min deposit £5. 바카라 사이트 Bet Credits kadangpintar available for use upon settlement of bets to value of

    BalasHapus